REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN PADI SAWAH

PENYUSUNAN REKOMENDASI PUPUK 

Tanaman padi sawah sangat respon terhadap pemupukan N,P,K. Varietas unggul baru yang saat ini mendominasi (> 90%) sentra pertanaman padi umumnya responsif terhadap pupuk makro tersebut, namun efisiensi dan efektivitasnya bergantung pada kondisi lokasi setempat. Dalam upaya memperbaiki tingkat kesuburan tanah sawah serta meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk an-organik, maka dianjurkan untuk mengintegrasikan penggunaan pupuk an-organik dengan pupuk organik berbahan baku jerami, kotoran hewan atau bahan baku lainnya. 

Rekomendasi pemupukan padi sawah dalam Sistem Katam Terpadu Dinamik ini merupakan penyempurnaan dari rekomendasi pemupukan NPK padi sawah spesifik lokasi dalam Permentan No.40/Permentan/2007. Penentuan dosis pupuk mengacu pada konsep pemupukan berimbang yaitu pemberian pupuk untuk mencapai ketersediaan hara-hara esensial yang seimbang dan optimum ke dalam tanah, dengan tujuan untuk : (a) meningkatkan produktivitas dan mutu hasil pertanian, (b) meningkatkan efisiensi pemupukan, (c) meningkatkan kesuburan dan kelestarian tanah serta (d) menghindari pencemaran lingkungan dan keracunan tanaman. 

Sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk mendorong penggunaan pupuk majemuk NPK dan pupuk organik maka rekomendasi pupuk untuk padi sawah disajikan dalam bentuk pupuk tunggal dan pupuk majemuk formula NPK 15-15-15 (Phonska), NPK 20-10-10 (Pelangi), NPK 30-6-8 (Kujang) dan NPK 15-10-10. Perhitungan konversi dari pupuk tunggal dan pupuk majemuk mengacu pada dosis minimal kebutuhan SP-36 (P) atau KCl (K) sehingga dosis pupuk majemuk ditetapkan hanya bersama pupuk urea susulan saja. 

REKOMENDASI PUPUK N (UREA)

  1. Perhitungan kebutuhan pupuk N didasarkan pada tingkat produktivitas padi sawah. Pada tingkat produktivitas rendah (<5 t/ha) dibutuhkan urea 200 kg/ha. Pada tingkat produktivitas sedang (5-6 t/ha) dibutuhkan urea 250-300 kg/ha. Sedangkan pada tingkat produktivitas tinggi (>6 t/ha) dibutuhkan urea 300-400 kg/ha. Pada daerah yang memiliki data produktivitas padi dengan perlakuan tanpa pemupukan N, kebutuhan pupuk urea dapat dihitung dengan menggunakan Tabel 1. Misalnya, apabila tanaman padi di suatu lokasi menghasilkan gabah sebanyak 3 t/ha tanpa pemupukan N, sedangkan target hasil adalah 6 t/ha, maka tambahan pupuk urea yang diperlukan adalah sekitar 325 kg tanpa penggunaan BWD dan 250 kg dengan BWD (Tabel 1).
  2. Bagan warna daun memberikan rekomendasi penggunaan pupuk N berdasarkan tingkat kehijauan warna daun yang mencerminkan kadar klorofil daun. Makin pucat warna daun, makin rendah skala BWD, yang berarti makin rendah ketersediaan N di tanah dan makin banyak pupuk N yang perlu diberikan. Rekomendasi berdasarkan BWD memberikan jumlah dan waktu pemberian pupuk N yang diperlukan tanaman. Tabel 1 memuat rekomendasi pupuk N pada tanaman padi sawah berdasarkan target hasil realistis yang ingin dicapai, penggunaan varietas unggul, dan teknologi budidaya yang digunakan.

Tabel 1. Rekomendasi Umum Pemupukan Nitrogen pada Tanaman Padi Sawah

Tabel 1

Berdasarkan hasil penelitian menggunakan BWD dapat meningkatkan efisiensi pupuk N dari 30 menjadi 40%.

REKOMENDASI PUPUK P DAN K 

  1. Peta Status Hara P dan K Tanah Sawah skala 1:250.000 yang telah dibuat untuk 22 provinsi dan Peta Status Hara P dan K skala 1:50.000 di beberapa kabupaten sentra produksi padi sawah di Jawa digunakan sebagai arahan dosis pupuk P dan K padi sawah.
  2. Rekomendasi P dan K per kecamatan disusun dengan cara menumpangtindihkan Peta Status Hara P dan K skala 1:50.000 atau 1:250.000 dengan batas administratif kecamatan. Oleh karena itu, data rekomendasi pemupukan P dan K untuk setiap kecamatan kemungkinan belum sesuai dengan kondisi riel di lapangan karena dalam skala 1:250.000 setiap contoh tanah mewakili areal pesawahan sekitar 625 ha. Dengan demikian, rekomendasi pemupukan P dan K yang lebih tepat perlu menggunakan PUTS atau perangkat uji lainnya. 
  3. Status P dan K tanah dikelompokkan menjadi tiga kelas, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Dari masing-masing kelas status P dan K tanah sawah telah dibuatkan rekomendasi pemupukan P (dalam bentuk SP-36) dan K (dalam bentuk KCl). Tabel 2 dan 3 memuat kriteria rekomendasi umum pemupukan P dan K berdasarkan uji tanah/status hara tanah.

Tabel 2. Rekomendasi Umum Fosfor  pada tanaman padi sawah.

Tabel 2

Sumber : Moersidi et al., 1989; Soepartini et al., 1990

REKOMENDASI PUPUK ORGANIK 

Penggunaan bahan organik, baik berupa kompos dari jerami padi maupun pupuk kandang, sangat besar peranannya dalam meningkatkan efisiensi pemupukan. Karena itu, rekomendasi pemupukan disusun berdasarkan ada tidaknya pemberian kompos dari jerami atau pupuk kandang, sehingga rekomendasi pemupukan N, P, dan K per hektar dibagi atas : (1) takaran tanpa bahan organik, (2) takaran pupuk organik berbahan baku jerami dosis 2 ton/ha dan (3) takaran pupuk organik berbahan baku kotoran hewan atau lainnya dosis 2 ton/ha.

APLIKASI PEMUPUKAN

Aplikasi pupuk sebagai sumber hara dimaksudkan

untuk mencukupi kebutuhan hara tanaman, menambahkan kekurangan hara yang berasal dari tanah. Prinsip aplikasi pupuk adalah mengoptimalkan pemanfaatan hara dari dalam tanah maupun yang berasal dari pupuk secara efektif dan efisien, dengan meminimalkan cemaran zat kimia beracun berasal dari pupuk, terhadap bodi air dan lingkungan, serta memelihara keberlanjutan produksi.

  1. Pemupukan Dasar
  2. Pupuk kompos, pupuk kandang atau bahan organik lainnya yang sudah lapuk diberikan pada waktu menjelang pengolahan tanah atau menjelang tanam. Pupuk dasar diberikan pada tanaman berumur 0-5 HST, berupa pupuk N (Urea), pupuk P (SP36), pupuk K (KCl), atau pupuk majemuk, sesuai dosis anjuran. Pupuk urea diberikan dengan dosis sedang (50 kg/ha), pupuk P dan atau K diberikan seluruhnya. Jika dosis pupuk KCl ≥100 kg/ha, pupuk dasar K diberikan separuhnya. Apabila digunakan pupuk majemuk (NPK), dosis pupuk 200-300 kg/ha diaplikasikan paling lambat pada 1 minggu setelah tanam. Pada populasi tanaman yang cukup tinggi (≥ 160.000 rumpun/ha) maka dosis penggunaan pupuk dinaikkan 10-15%dari dosis anjuran. Pupuk hayati yang mengandung bakteri penambat N maupun pelarut P juga dapat digunakan untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia.
  3. Pemupukan Susulan
  4. Pupuk susulan diberikan pada fase kritis pertumbuhan tanaman atau pada stadia primordia bunga (15-30 HST), tergantung varietas yang ditanam. Dosis dan waktu pemberian pupuk N susulan didasarkan pada hasil pembacaan Bagan Warna Daun (BWD) (Gambar 12) yang dimulai dari 2 minggu setelah tanam dan diulangi dengan interval pembacaan setiap minggu. Apabila terjadi gejala kahat kalium berikan pupuk kalium dengan dosis 20 kg K2O per hektar, hal ini dapat meningkatkan ketahanan terhadap penyakit.


Sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementrian Pertanian, 2015

Comments