BUDIDAYA PADI MENGGUNAKAN METODE SALIBU

Beberapa strategi yang diperlukan untuk memacu peningkatan produksi beras nasional, antara lain : 1) Perluasan areal tanam dengan mencetak sawah baru, 2) Peningkatan produktivitas lahan dan 3) Perluasan areal panen melalui peningkatan IP (Indeks Panen). Budidaya padi salibu (ratun yang dimodifikasi) dapat memacu peningkatan produksi padi dengan meningkatkan IP (Indeks Panen).

Teknologi salibu merupakan teknologi budidaya padi yang spesifik lokasi berbasis kearifan lokal. Salibu merupakan singkatan dari “Salin ibu”. Sistem pertanaman Salibu mirip dengan perlakuan panen beberapa kali pada sayuran kangkung darat (tanpa cabut akar). Artinya ada kesempatan untuk meraih hasil pada panen berikutnya. Sehingga ada juga yang menyebutnya dengan ‘Sekali Tanam Panen Berkali-kali’. Biasanya, sisa batang padi yang sudah dipanen (ratun), beberapa saat kemudian masih dan masih akan tumbuh sisa-sisa tunas dan tunas baru. Dalam sistem salibu, padi yang sudah dipanen tersebut dibiarkan bertunas kembali dan dipelihara sampai panen kembali. Di sinilah terjadi modifikasi ratun melalui budidaya/perlakuan terhadap ratun agar dapat berproduksi kembali secara optimal. Intinya, budidaya padi salibu melanjutkan pemeliharaan dari pemotongan sisa batang tanaman utama sejak awal Hari Setelah Pemotongan (HSP).

Budidaya padi salibu secara umum dapat diusahakan pada berbagai agroekosistem dan ketinggian tempat (dari rendah sampai 1.100 m dpl), seperti lahan irigasi desa atau sederhana, lahan tadah hujan dan pasang surut. Tingkat produksi tanaman salibu sesuai input yang diberikan dan diharapkan mampu berproduksi minimal sama dengan tanaman induknya. Tanaman utama untuk budidaya padi salibu sebaiknya telah mengaplikasikan model PTT.

Pertumbuhan tunas-tunas baru yang terjadi salah satunya karena adanya perlakuan pemangkasan pada saat panen. Tunas yang muncul, akan mengeluarkan akar baru sehingga suplai hara tidak lagi tergantung pada batang lama. Tunas ini bisa membelah atau bertunas lagi seperti pada tanaman pindah biasa. Inilah yang membuat pertumbuhan dan produksinya bisa sama atau bahkan lebih tinggi dibanding tanaman utama (ibunya).

TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI SALIBU

Tabel 1

KEUNTUNGAN BUDIDAYA PADI SALIBU

  1. Umur tanaman relatif lebih pendek (rentang waktu produksi lebih pendek) karena tidak melakukan pengolahan tanah, persemaian, dan penanaman kembali sehingga dapat meningkatkan indeks pertanaman. Waktu yang dapat dihemat sekitar 40 hari dibandingkan dengan tanam pindah.
  2. Kebutuhan air lebih sedikit
  3. Biaya operasional untuk produksi lebih rendah karena penghematan dalam pengolahan tanah, persemaian, penanaman dan penggunaan bibit. Hasil kajian menunjukkan budidaya padi salibu dapat menekan biaya produksi sekitar 45% dibandingkan tanam pindah. Budidaya pdai salibu akan memberikan keuntungan leibh tinggi jika menggunakan pola tanam (tapin-salibu1-salibu2) dibanding pola tanam (tapin1-tapin 2) dalam satu tahun.
  4. Kemurnian genektik lebih terpelihara karena pertumbuhan tanaman selanjutnya terjadi secara vegetatif.
  5. Dapat menanggulangi keterbatasan benih varietas unggul.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BUDIDAYA PADI SALIBU

  1. Tinggi pemangkasan batang sisa panen
  2. Tinggi pangkasan berpengaruh terhadap kemampuan pembentukan tunas salibu karena akan menentukan jumlah mata tunas yang ada untuk pertumbuhan ulang. Panen tanaman utama meninggalkan sisa batang atau tunggul sekitar 25 cm dari permukaan tanah (kebiasaan petani). Kemudian dibiarkan selama 7-10 hari sampai keluar tunas baru. Jika tunas yang keluar <70% dari populasi maka tidak disarankan untuk dilakukan budidaya salibu dan jika memenuhi syarat (>70%) dilakukan pemotongan ulang tunggul sisa panen secara sergam hingga tersisa 3-5 cm dari permukaan tanah. Alat pemotong yang digunakan sebaiknya adalah alat mesin pemotong rumput bermata pisau petak agar sisa potongan dan pertumbuhan selanjutnya seragam.
  3. Varietas
  4. Beberapa varietas padi yang ditanam dengan sistem salibu di beberapa lokasi mampu berproduksi dengan baik. hasil kajian menunjukkan beberapa varietas dan galur padi memiliki potensi ratun tinggi.
    Tabel 2
  5. Kondisi air tanah setelah panen
  6. Ketersediaan air tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tunas setelah padi dipotong. Setelah tunas padi salibu keluar harus dilakukan pengairan (ketinggian 2-5 cm dari permukaan tanah) atau tunas yang keluar tidak terendam.
  7. Pemupukan
  8. Padi salibu perlu pemupukan yang cukup untuk mengimbangi kebutuhan unsur hara pada masa pertumbuhan anakan dan produksi. Pemupukan padi salibu sesuai dengan rekomendasi spesifik lokasi (sama dengan tanaman utama), yaitu berdasarkan Permentan Nomor : 40/Permentan/OT.140/42007, Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS), atau Pemupukan Hara Spesifik Lokasi (PHSL). Pemupukan pertama diberikan sebanyak 40% dari dosis pada umur 15-20 HSP. Sedangkan pemupukan kedua diberikan sebanyak 60% dari dosis pada saat tanaman berumur 30-35 HSP.

Comments